Ketika merasa penat dengan
aktivitas sehari-hari, berwisata tentulah menjadi jalan keluar yang tepat.
Selain melepas penat, berwisata akan memulihkan kembali kebugaran jasmani dan
rohani. Pilihan yang bijaksana bila di dalam menentukan tujuan wisata tak hanya
sekedar memilih tempat untuk berekreasi namun juga memikirkan unsur edukatif
yang nantinya didapat.
Di
Solo, Jawa Tengah ada sebuah tempat tujuan wisata menarik yang juga memiliki
misi edukatif. Tak semua daerah memiliki tempat wisata seperti ini. Maka tak
salah bila masyarakat Solo bolehlah berbangga karena hadirnya “Taman Satwa Taru
Jurug”.
Taman
Satwa Taru Jurug (TSTJ) merupakan sebuah kebun binatang dan juga taman wisata
keluarga yang terletak di tepi sungai Bengawan Solo, tepatnya di Jl. Ir.
Sutami. Taman yang dibangun pada lahan seluas 12 hektare ini pada awalnya
merupakan pindahan Kebun Binatang Sriwedari yang dikenal dengan sebutan “Kebun
Rojo“, dididirikan Sri Susuhunan Paku Buwono X pada tanggal 20 Dal 1381 atau 17
Juli 1901.
Sejak
diresmikan tanggal 17 Januari 1976, taman ini dibuka untuk umum. TSTJ dapat
dikunjungi setiap hari antara pukul 08.00-17.00 WIB. Pengunjung hanya perlu
mengeluarkan uang Rp 6.000,00 (hari biasa), Rp 7.000,00 (hari minggu), Rp
8.000,00 (hari besar). Sementara pengunjung anak-anak dipungut biaya Rp
3.000,00. Di depan pintu masuk pengunjung akan disambut dengan tiga ekor gajah
yang melenggak-lenggok di kandang besar yang sesekali memakan rerumputan.
Berjalan
ke arah kanan kandang gajah merupakan kawasan kubah burung yang menarik apalagi
bagi para penyuka unggas. Disini terdapat burung langka yang bercorak menarik
seperti salah satunya burung kakak tua raja berbulu hitam dan mencolok di
bagian tengkuknya. Burung ini memiliki warna merah dipipi dan paruh besar
melengkung yang sanggup membelah tempurung kelapa. Tak ketinggalan koak malam,
kakak tua putih, bayan, gagak gaok, merak hijau, bangkok julang emas, dan
beraneka burung yang memiliki pesona tersendiri.
Di
bagian sisi yang lain terdapat kawasan kebun binatang yang berisi beraneka
satwa, jenis primata seperti monyet dan orang utan, kanguru tanah, rusa tutul,
unta, beruang hitam, harimau sumatra, macan tutul, landak, lingsang, bahkan
ular phyton.
Pengunjungpun
dapat menyaksikan keluarga pelikan kacamata berenang gesit di kolam, burung
dengan panjang tubuh 150 cm dengan berat sampai 11 kg ini memiliki paruh yang
bekerja serupa jala penangkap ikan. Terdapat pula angsa, kasuari gelamir, ayam
kapas, dan ayam mutiara.
Di
taman ini terdapat pula Sanggar Gesang. Di dalamnya dibangun Monumen Gesang
untuk menghormati jasa sang Maestro Keroncong yang populer dengan lagu Bengawan
Solo. Sanggar Gesang ini dulunya sering dipergunakan untuk pertunjukan seni
musik keroncong.
Terkhusus
di hari minggu dan hari besar pengunjung bisa menikmati berkeliling taman
dengan kereta mini atau bendi. Cukup merogoh kocek Rp 2.000,00 saja. Harga yang
sama berlaku bila ingin menaiki perahu untuk berkeliling danau. Pengunjung juga
dapat menaiki gajah dan unta dengan membayar Rp 5.000,00.
Tak
perlu risau pula bila lelah dan perut keroncongan menyerang karena di sepanjang
jalan berjejer warung makan yang menawarkan mie ayam, bakso, soto, tahu kupat,
nasi goreng, dengan harga terjangkau antara Rp 4.000,00 – Rp 7.000,00. Aneka
jenis permainan anak dan souvenir pun bisa dibeli disini untuk dijadikan
oleh-oleh.
”Salah
satu kelebihan taman ini adalah mudah dijangkau dengan angkutan umum. Untuk
menuju Taman Satwa Taru Jurug Solo ini, perjalanan dapat dimulai dari Terminal
Tirtonadi dan Stasiun Balapan. Pengunjung bisa menggunakan angkutan kota atau
bus jurusan Palur dan dapat turun di depan lokasi”, ungkap Yuni Dwiyanto,
kepala seksi pendapatan TSTJ.
”Taman
ini adalah salah satu alternatif wisata yang baik dan mendidik. Pengunjung bisa
menyatu dengan alam sehingga bisa lebih manusiawi. Sangat penting bagi
anak-anak agar bisa belajar mengenal flora dan fauna sejak dini sehingga dapat
mencintai lingkungan.” ungkap Yanto (31) yang saat itu mengantar rombongan
anak-anak dari Madrasah Ibtidaiyah Sudirman Sukoharjo.